Saat berbicara di konferensi pers di luar makam tersebut pada Jumat pagi, Khaled El-Enany, Menteri Urusan Purbakala yang baru diangkat, berkata terus terang, “Kami belum bisa membicarakan hasilnya.” Dia memperkirakan, perlu waktu sekurangnya seminggu untuk menganalisis datanya, yang telah dikirim kepada para pakar di Mesir maupun Amerika Serikat.
Para pejabat lain memperhatikan adanya “beberapa anomali” dalam bacaan data awal, tetapi menganjurkan kehati-hatian dan kajian lebih lanjut, menyebutkan bahwa mereka belum melihat bukti yang mendukung teori itu.
El-Enany mengusulkan diadakan “debat internasional” dan meminta cendekiawan dari seluruh dunia berpartisipasi dalam konferensi tentang Tutankhamun yang akan diselenggarakan bulan Mei di Kairo, dan sang menteri berharap di sana dia akan mendengar beragam pandangan tentang makam itu. “Kami bukan mencari ruangan tersembunyi,” katanya. “Kami mencari kenyataan dan kebenaran.”
Penyelidikan ini dimulai dengan sebuah makalah provokatif, yang diterbitkan Juli lalu oleh Nicholas Reeves, ahli Egiptologi berkebangsaan Inggris, yang berargumen bahwa makam Tutankhamun juga mungkin masih mencakup tempat pemakaman Nefertiti yang hingga kini belum ditemukan. Nefertiti diyakini luas sebagai ibu tiri Tut, dan pada tahun-tahun belakangan dugaan bahwa Nefertiti merupakan firaun yang mendahului Tut sudah semakin diterima. Baca berita selengkapnya disini