Sedih memikirkan para pejabat bangsa ini lebih mementingkan kebutuhan kelompok dan partai serta pencitraan atas prestasinya, dari pada mengangkat setinggi-tingginya kebanggaan atas nasionalisme Indonesia.
Nasionalisme seharusnya dijadikan dasar segala kebijakan di NKRI secara utuh, sehingga setiap kebijakan yang dibuat tidak akan keluar dari kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara yang dicita2kan para pendiri negeri ini yaitu meraih kehidupan yang lurus dunia dan akhirat dalam bingkai NKRI. Ekonomi memang penting, sepenting strategi (politik) norma (budaya) kekuatan (Hankam) tata masyarakat (sosial) dan keadilan (hukum) namun lagi-lagi semua harus berdiri diatas semangat nasionalisme. Ironisnya, saat ini bangsa kita sangat rapuh jiwa nasionalisnya sebab digempur habis-habisan sepanjang waktu 24/7 dengan neo kolonialisme yang menyusup dan mencengkram kehidupan kita melalui hal-hal yang tidak kita sadari yaitu teknologi, hiburan, olah raga, life style, media dll.
Kita sebagai penduduk Indonesia saat ini secara kasat mata bisa melihat bahwa hidup kita kebanyakan dihabiskan hanya untuk memenuhi ambisi kesuksessan institusi negara-negara lain, sedang produk2 dan isme asli Indonesia kita anggap sebagai sesuatu yang murahan atau pilihan darurat. Kita lebih bangga untuk menghabiskan waktu dan sumber daya dengan memakai produk, style dan isme bangsa lain. Oke, mungkin ini terjadi karena alasan globalisasi. Tapi sesungguhnya, bila memang itu akibat globalisasi, seharusnya apa yang ada dikita pun akan ikut mewarnai dunia ini, bukan malah kita menggunakan piranti hard maupun soft milik negara lain, dan itu pun hanya berkiblat pada negara2 tertentu. Ini bukan globalisasi, tapi ini adalah penyerahan diri untuk kembali dikolonisasi secara pasrah diri.